Senin, 01 Maret 2010

PENDEKATAN DALAM PROSES BELAJAR

Dalam makalah yang berjudul “learning processes and approaches” yang kami terjemahkan sebagai “pendekatan dalam proses pembelajaran” mempunyai beberapa permasalahan yang dikemukakan, diantaranya adalah tentang “ Level of Processing (LOP) yaitu tingkatan-tingkatan dalam proses belajar dan Students Approaches to Learning (SAL)/model pendekatan siswa dalam belajar.
Dalam “level of processing (LOP)” atau yang kami istilahkan sebagai tingkatan-tingkatan pada proses belajar siswa menurut Atkinson dan Shifrin (1968), bahwa proses ingatan manusia terdiri dari tiga tingkatan yaitu: tingkatan sensorik register, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang. Pada tingkatan sensorik register seluruh informasi yang berasal dari lingkungan sekitar diserap semua, sehingga informasi yang diterima pada tingkatan ini tidak terbatas, apabila dalam tingkatan ini seseorang memberikan perhatian lebih pada salah satu informasi atau term maka pada bagian inilah atau pada term ini sajalah yang kemudian informasi itu diteruskan ke memori jangka pendek (Short time memory). Apabila informasi ini di elaborasi dan di inteprestasikannya dalam lingkungan dengan memadukannya menjadi satu maka informasi ini akan semakin melekat dan ditransfer ke tahap berikutnya yaitu di simpan dalam suatu memori jangka panjang (long time memory), sehingga informasi itu/ term itu akan lama berada pada memori seseorang itu, dan akhirnya term itu atau informasi itu menjadi sangat familiar.
Tentunya untuk menjadikan suatu informasi atau suatu term bukan hanya lewat begitu saja melalui sensori register memori, maka harus ada proses perhatian penuh pada informasi itu yang kemudian di elaborasi dalam tindakan, sehingga informasi itu akan disimpannya dalam simpanan memori jangka panjang.
Kapasitas memori jangka pendek sangat terbatas, oleh karena itu perlu dilakukan pelatihan secara berkesinambungan sehingga tidak cepat hilang. Suatu informasi yang telah ditransfer ke memori jangka pendek kalau secara kontinue dilakukan terus meneerus pengulangan dan latihan, maka setahap demi setahap informasi itu akan ditransfer dan masuk pada ranah memori jangka panjang, apabila informasi itu sudah ditansfer ke memori jangka panjang maka informasi itu akan menjadi sangat familiar dan mudah untuk dingat kembali dimanapun dan kapanpun informasi itu akan dimunculkan kembali.
Namun apabila proases itu tidak dilalui maka jutaan informasi masuk, namun jutaan informasi pula yang dilupakan. Lebih jauh dijelaskan oleh Craik dan Lockhart, 1972) bahwa bekas memori yang jauh lebih kuat dan lebih lama adalah hasil dari analisis level yang lebih mendalam.
Sementara itu disisi lain menurt Scchmek (1983), pada proses pembelajaran inventarisasi dan indetifikasi, proases pembelajarn diklasifikasikan dalam 4 tingkatan proses, yaitu : prose belajar mendalam, proses belajar elaborasi, proses belajar melalui ingatan terhadap faklta-faktadan melalui metode dan strategi khusus dalam belajar.
Pada proses belajar secara mendalam siswa sejauh mungkin menggambarkan, mengevaluasi dengan kritis, mengiorganisasi dengan konsep, memiliki tendensi untuk memprediksi informasi khusus dan instruksi yang disediakan guru serta membandingkan dan membedakan infornmasi yang dipelajarinya. Dalam proses elaborasi pengalaman akan dirinya dan pendekatan cara belajarnya yang menjadikan sebagai model dalam proses belajarnya. Dengan demikian maka seluruh fakta-fakta yang berkaitan dengan pembelajaran akan dikumpulkan untuk disiapkan sebagai bahan membuat definisi dan rumusan, maka akan lahirlah model belajar dan strategi belajar yang cermat.
Karakteriaitik siswa dalam pendekatan pembelajaran menurut Biggs (1987), ada tiga yaitu: Pendekatan belajar mendalam yaitu model pendekatan yang berasal dari motivasi instrinsik siswa, sehingga siswa akan secara luas membaca, menghubungkan informasi-informasi dengan pengetahuan secara relevan. Namun tidak demikian pada model belajar siswa dalam motif bvelajar dangkal yaitu suatu pola belajar yang berorientasi pada pemenuhan persaratan minimal dari guru, sehingga polanya terbnatas pada hapalan dan reproduksi. Selanjutnya tipe yang ketiga yaitu tipe belajar ingin berprestasi, nah pada tipe ini seorang siswa akan belajar untuk mendapatklan pujian bahwa dirinya yang paling mampu dan paling cerdas, tidak perduli apakah materi itu menarik baginya atau tidak, kebaikan dari tipe ini siswa akan melakukan strategi pembelajaran yang cermat, pengaturan dan penjadwalan belajar yang baik, mengikuti saran bacaan yang disarankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar