Dalam makalah yang berjudul “learning processes and approaches” yang kami terjemahkan sebagai “pendekatan dalam proses pembelajaran” mempunyai beberapa permasalahan yang dikemukakan, diantaranya adalah tentang “ Level of Processing (LOP) yaitu tingkatan-tingkatan dalam proses belajar dan Students Approaches to Learning (SAL)/model pendekatan siswa dalam belajar.
Dalam “level of processing (LOP)” atau yang kami istilahkan sebagai tingkatan-tingkatan pada proses belajar siswa menurut Atkinson dan Shifrin (1968), bahwa proses ingatan manusia terdiri dari tiga tingkatan yaitu: tingkatan sensorik register, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang. Pada tingkatan sensorik register seluruh informasi yang berasal dari lingkungan sekitar diserap semua, sehingga informasi yang diterima pada tingkatan ini tidak terbatas, apabila dalam tingkatan ini seseorang memberikan perhatian lebih pada salah satu informasi atau term maka pada bagian inilah atau pada term ini sajalah yang kemudian informasi itu diteruskan ke memori jangka pendek (Short time memory). Apabila informasi ini di elaborasi dan di inteprestasikannya dalam lingkungan dengan memadukannya menjadi satu maka informasi ini akan semakin melekat dan ditransfer ke tahap berikutnya yaitu di simpan dalam suatu memori jangka panjang (long time memory), sehingga informasi itu/ term itu akan lama berada pada memori seseorang itu, dan akhirnya term itu atau informasi itu menjadi sangat familiar.
Tentunya untuk menjadikan suatu informasi atau suatu term bukan hanya lewat begitu saja melalui sensori register memori, maka harus ada proses perhatian penuh pada informasi itu yang kemudian di elaborasi dalam tindakan, sehingga informasi itu akan disimpannya dalam simpanan memori jangka panjang.
Kapasitas memori jangka pendek sangat terbatas, oleh karena itu perlu dilakukan pelatihan secara berkesinambungan sehingga tidak cepat hilang. Suatu informasi yang telah ditransfer ke memori jangka pendek kalau secara kontinue dilakukan terus meneerus pengulangan dan latihan, maka setahap demi setahap informasi itu akan ditransfer dan masuk pada ranah memori jangka panjang, apabila informasi itu sudah ditansfer ke memori jangka panjang maka informasi itu akan menjadi sangat familiar dan mudah untuk dingat kembali dimanapun dan kapanpun informasi itu akan dimunculkan kembali.
Namun apabila proases itu tidak dilalui maka jutaan informasi masuk, namun jutaan informasi pula yang dilupakan. Lebih jauh dijelaskan oleh Craik dan Lockhart, 1972) bahwa bekas memori yang jauh lebih kuat dan lebih lama adalah hasil dari analisis level yang lebih mendalam.
Sementara itu disisi lain menurt Scchmek (1983), pada proses pembelajaran inventarisasi dan indetifikasi, proases pembelajarn diklasifikasikan dalam 4 tingkatan proses, yaitu : prose belajar mendalam, proses belajar elaborasi, proses belajar melalui ingatan terhadap faklta-faktadan melalui metode dan strategi khusus dalam belajar.
Pada proses belajar secara mendalam siswa sejauh mungkin menggambarkan, mengevaluasi dengan kritis, mengiorganisasi dengan konsep, memiliki tendensi untuk memprediksi informasi khusus dan instruksi yang disediakan guru serta membandingkan dan membedakan infornmasi yang dipelajarinya. Dalam proses elaborasi pengalaman akan dirinya dan pendekatan cara belajarnya yang menjadikan sebagai model dalam proses belajarnya. Dengan demikian maka seluruh fakta-fakta yang berkaitan dengan pembelajaran akan dikumpulkan untuk disiapkan sebagai bahan membuat definisi dan rumusan, maka akan lahirlah model belajar dan strategi belajar yang cermat.
Karakteriaitik siswa dalam pendekatan pembelajaran menurut Biggs (1987), ada tiga yaitu: Pendekatan belajar mendalam yaitu model pendekatan yang berasal dari motivasi instrinsik siswa, sehingga siswa akan secara luas membaca, menghubungkan informasi-informasi dengan pengetahuan secara relevan. Namun tidak demikian pada model belajar siswa dalam motif bvelajar dangkal yaitu suatu pola belajar yang berorientasi pada pemenuhan persaratan minimal dari guru, sehingga polanya terbnatas pada hapalan dan reproduksi. Selanjutnya tipe yang ketiga yaitu tipe belajar ingin berprestasi, nah pada tipe ini seorang siswa akan belajar untuk mendapatklan pujian bahwa dirinya yang paling mampu dan paling cerdas, tidak perduli apakah materi itu menarik baginya atau tidak, kebaikan dari tipe ini siswa akan melakukan strategi pembelajaran yang cermat, pengaturan dan penjadwalan belajar yang baik, mengikuti saran bacaan yang disarankan.
Senin, 01 Maret 2010
PERBANDINGAN PSIKOBIOGRAPI HILLARY CLINTON DENGAN CONDOLEEZZA RICE (Trey Fitch dan Jennifer Marshall)
Dalam artikel ini dijelaskan tentang perbedaan dan persamaan sifat, karakter dan kepribadian antara Hillary Clinton dengan Condoleezza Rice. Dua individu ini dijadikan sebagai sebuah studi banding tentang Psikobiograpinya dikarenakan beberapa alasan yaitu: pertama keduanya merupakan tokoh politik wanita yang populer di Amerika, kedua mereka banyak menghadirkan kasus secara kontras dan secara bersamaan. Dan ketiga keduanya memberikan sesuatu yang unik dalam kancah politik dan sejarah perpolitikan Amerika Khususnya dan dunia umumnya.
Pendekatan ilmiah yang dilakukan berdasarkan analisis dari berbagai ciri kepribadian diantara keduanya yaitu meliputi : keterbukaan, ketelitian, sifat ekstrovert, popularitas publik dan emosi.
Baik Hillary Clinton maupun Condoleezza Rice sama memilki sifat keterbukaan terhadap gagasan baru, tidak konservatif, dan memiliki pengalaman karir politik yang bagus. Orang seperti Hillary Clinton dan Condoleeza Rice sangat menyukai tantangan dan berpetualangan, memotivasi diri untuk maju, dan mengorganisir dengan teliti, juga mereka sangat ramah dan suka mencari perhatian orang lain dan memberi perhatian kepada orang lain.
Dalam ketelitian keduanya mempunyai sifat ini yang masing-masing diwarisi dari sifat orang tua mereka. Ketelitian ditunjukan dalam berorganisasi dan karir yang merupakan tuntutan proposionalitas dan juga tuntutan lingkungan. Mereka sangat teliti dan hati-hati dalam membuat keputusan dan juga dalam meberikan pernyataan. Di samping itu dalam kancah politik telah banyak memberikan kotribusi akan ketelitiannya itu.
Dalam emosi Hillary Clinton lebih terkendali ketimbang Condoleezza Rice yang terkesan sedikit emosional. Sehingga wajarlah kalau kemudian Hillary Clinton menjadi sosok Pigur wanita Amerika yang di kagumi dan di idolakan oleh masyarakat AS maupun masyarakat dunia, ditunjang lagi dengan karir politiknya yang bagus yang sangat didukung oleh suaminya. Hillary Clinton adalah seorang politikus wanita AS yang berani datang mencalonkan diri sebagai Presiden yang walaupun kemudian kalah suara dengan rivalnya Barrak Obama, namun sepak terjangnya dalam kancah politik telah menorehkan sejaraha baru dalam panggung politk wanita di Amerika Serikat.
Hillary Clinton dan Condoleezza Rice keduanya memiliki pandangan yang sama tentang budaya tradisonal. Yang menarik lagi keduanya juga bergabung dalam partai politik sebagai politikus wanita yang termuda. Dan keduanya baik Hillary Clinton maupun Condoleezza Rice dilaporkan sangat dekat dekat ibunya.
Perbedaan pola asuh menimbulkan tipe kepribadian yang berbeda saat mereka dewasa. Sebagai contoh Hillary Clinton adalah anak tertua dan bapaknya sangat otoriter dalam mendidik anak-anaknya, sedangkan Condoleezza Rice merupakan anak tunggal yang selalu menuntut dan selalu terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya, sehingga jarang sekali berselisih dengan orang tuanya. Hillary Clinton nampak lebih enjoy memainkan peran yang bertolak belakang seperti ketika menjadi anggota senator. Sedangkan Coondoleezza rice nampak menyukai kehidupan dalam sorotan publik. Keduanya terkesan kuat walaupun dengan jalannya masing-masing. Contoh lain Hillary Clinton memperoleh perhatian nasional dalam pidatonya didepan Presiden. Dia secara terbuka membantah pesan yang kolot atas politisi yang terkenal yang juga berbicara pada pembukaan perguruan itu. Sedangkan Condoleezza Rice memperoleh perhatian besar dalam bidang akademik sebagai figur yang berpengaruh dikalangannya sebagai siswa dan kemudian dia menjadi Professor di perguruan tinggi. Contoh ini mencerminkan kontradiksi antara gaya seorang manajer/organiser dengan gaya seorang analyst.
Ringkasnya, kebanyakan publik menyederhanakan kelebihan peran dua wanita yang paling berpengaruh dalam ideologi politis. Bagaimanapun hidup mereka sudah melebihi batasan-batasan politis. Mereka berdua menghadirkan transisi historis yang unik. Mereka bertindak sebagai wakil atau contoh positif dari hak-hak warga negara dan pergerakan perempuan. Condoleezza Rice telah mencapai prestasi tertinggi AS sebagai seorang wanita pertama yang menjadi politikus. Dan Hillary Clinton telah menjadi seorang perempuan yang datang untuk menjadi Presiden AS. Hidup mereka menunjukan hikmah dan kebanggaan yang luar biasa bagi orang tuanya, masyarakatnya dan lingkungannya. Dengan mengabaikan aspek politik, cerita hidup dan prestasi mereka harus dijadikan sebagai inspirasi dan sumber motivasi untuk maju. Dengan mempelajari kepribadian psikologi dan sejarah dua figur historis ini kita dapat memahami budaya masyarakat kita sendiri.
Pendekatan ilmiah yang dilakukan berdasarkan analisis dari berbagai ciri kepribadian diantara keduanya yaitu meliputi : keterbukaan, ketelitian, sifat ekstrovert, popularitas publik dan emosi.
Baik Hillary Clinton maupun Condoleezza Rice sama memilki sifat keterbukaan terhadap gagasan baru, tidak konservatif, dan memiliki pengalaman karir politik yang bagus. Orang seperti Hillary Clinton dan Condoleeza Rice sangat menyukai tantangan dan berpetualangan, memotivasi diri untuk maju, dan mengorganisir dengan teliti, juga mereka sangat ramah dan suka mencari perhatian orang lain dan memberi perhatian kepada orang lain.
Dalam ketelitian keduanya mempunyai sifat ini yang masing-masing diwarisi dari sifat orang tua mereka. Ketelitian ditunjukan dalam berorganisasi dan karir yang merupakan tuntutan proposionalitas dan juga tuntutan lingkungan. Mereka sangat teliti dan hati-hati dalam membuat keputusan dan juga dalam meberikan pernyataan. Di samping itu dalam kancah politik telah banyak memberikan kotribusi akan ketelitiannya itu.
Dalam emosi Hillary Clinton lebih terkendali ketimbang Condoleezza Rice yang terkesan sedikit emosional. Sehingga wajarlah kalau kemudian Hillary Clinton menjadi sosok Pigur wanita Amerika yang di kagumi dan di idolakan oleh masyarakat AS maupun masyarakat dunia, ditunjang lagi dengan karir politiknya yang bagus yang sangat didukung oleh suaminya. Hillary Clinton adalah seorang politikus wanita AS yang berani datang mencalonkan diri sebagai Presiden yang walaupun kemudian kalah suara dengan rivalnya Barrak Obama, namun sepak terjangnya dalam kancah politik telah menorehkan sejaraha baru dalam panggung politk wanita di Amerika Serikat.
Hillary Clinton dan Condoleezza Rice keduanya memiliki pandangan yang sama tentang budaya tradisonal. Yang menarik lagi keduanya juga bergabung dalam partai politik sebagai politikus wanita yang termuda. Dan keduanya baik Hillary Clinton maupun Condoleezza Rice dilaporkan sangat dekat dekat ibunya.
Perbedaan pola asuh menimbulkan tipe kepribadian yang berbeda saat mereka dewasa. Sebagai contoh Hillary Clinton adalah anak tertua dan bapaknya sangat otoriter dalam mendidik anak-anaknya, sedangkan Condoleezza Rice merupakan anak tunggal yang selalu menuntut dan selalu terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya, sehingga jarang sekali berselisih dengan orang tuanya. Hillary Clinton nampak lebih enjoy memainkan peran yang bertolak belakang seperti ketika menjadi anggota senator. Sedangkan Coondoleezza rice nampak menyukai kehidupan dalam sorotan publik. Keduanya terkesan kuat walaupun dengan jalannya masing-masing. Contoh lain Hillary Clinton memperoleh perhatian nasional dalam pidatonya didepan Presiden. Dia secara terbuka membantah pesan yang kolot atas politisi yang terkenal yang juga berbicara pada pembukaan perguruan itu. Sedangkan Condoleezza Rice memperoleh perhatian besar dalam bidang akademik sebagai figur yang berpengaruh dikalangannya sebagai siswa dan kemudian dia menjadi Professor di perguruan tinggi. Contoh ini mencerminkan kontradiksi antara gaya seorang manajer/organiser dengan gaya seorang analyst.
Ringkasnya, kebanyakan publik menyederhanakan kelebihan peran dua wanita yang paling berpengaruh dalam ideologi politis. Bagaimanapun hidup mereka sudah melebihi batasan-batasan politis. Mereka berdua menghadirkan transisi historis yang unik. Mereka bertindak sebagai wakil atau contoh positif dari hak-hak warga negara dan pergerakan perempuan. Condoleezza Rice telah mencapai prestasi tertinggi AS sebagai seorang wanita pertama yang menjadi politikus. Dan Hillary Clinton telah menjadi seorang perempuan yang datang untuk menjadi Presiden AS. Hidup mereka menunjukan hikmah dan kebanggaan yang luar biasa bagi orang tuanya, masyarakatnya dan lingkungannya. Dengan mengabaikan aspek politik, cerita hidup dan prestasi mereka harus dijadikan sebagai inspirasi dan sumber motivasi untuk maju. Dengan mempelajari kepribadian psikologi dan sejarah dua figur historis ini kita dapat memahami budaya masyarakat kita sendiri.
TEKNIK PENENTUAN NILAI AKHIR
I. P E N D A H U L U A N
Data nilai dapat mencakup nilai tugas, nilai ulangan harian, nilai ujian tengah semester, nilai ujian akhir semester dan nilai rangkaian kegiatan, seperti penulisan karangan, pekerjaan rumah, partisipasi dalam kelas, praktek dan sebagainya. Nilai akhir yang diberikan kepada siswa ditentukan berdasar nilai akhir tersebut, sehingga nilai akhir ini merupakan kesimpulan nilai-nilai yang dicapai oleh siswa dalam ujian akhir dan rangkaian kegiatan yang telah dilakukannya. Dalam menentukan nilai akhir, bobot nilai-nilai yang merupakan komponennya perlu ditentukan dan diberitahukan kepada siswa.
Sistem penilaian yang sesuai dengan maksud dan tujuan yang telah disebutkan di atas adalah sistem penilaian relatif, yaitu sistem yang digunakan untuk menilai kemampuan siswa yang lain dalam kelasnya. Ini berarti bahwa prestasi seluruh siswa dalam suatu kelas dipakai sebagai dasar penilaian.
Dalam hal ini digunakan anggapan bahwa dalam suatu kelompok siswa, dalam jumlah yang cukup besar, pasti terdapat siswa yang kemampuannya amat baik, cukup, kurang, dan jelek. Kepada kelompok siswa yang berkemampuan amat baik diberikan nilai 90, para siswa yang termasuk dalam kelompok baik diberi nilai 80, yang berkemampuan cukup diberi nilai 70, nilai 60 diberikan kepada kelompok siswa yang berkemampuan kurang, sedang kelompok siswa yang berkemampuan jelek diberi nilai 50.
Dengan demikian nilai-nilai angka 91-100, 81-90, 71-80, 61-70, dan 51-60 mempunyai arti sebagai berikut:
91-100 = amat baik
81-90 = baik
71-80 = cukup
61-70 = kurang
51-60 = jelek
Bagi seorang siswa, nilai merupakan sesuatu yang sangat penting karena nilai merupakan cermin dari keberhasilan belajar. Namun bukan hanya siswa sendiri saja yang memerlukan cerminan keberhasilan belajar; guru dan dan orang lainnyapun, memerlukannya. Sehingga pemberian nilai akhir bagi siswa menjadi sangat penting dalam rangka memetakan kemampuan siswa berdasarkan kriteria yang telah disebutkan diatas.
II. PENGERTIAN DAN FUNGSI NILAI AKHIR
A. PENGERTIAN NILAI AKHIR
Nilai akhir sering juga dikenal dengan istilah nilai final adalah, nilai baik berupa angka atau huruf yang melambangkan tingkat keberhasilan peserta didik setelah mereka mengikuti program pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu, dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Penentuan nilai akhir oleh seorang pendidik terhadap peserta didiknya pada dasarnya merupakan pemberian dan penentuan pendapat pendidik terhadap peserta didiknya, terutama mengenai perkembangan, kemajuan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh peserta didik yang berada dibawah asuhannya, setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
B. FUNGSI NILAI AKHIR
Secara garis besar memiliki empat macam fungsi yaitu: fungsi intruksional, fungsi informatif, fungsi bimbingan dan fungsi administratif.
1. Fungsi Intruksional
Tidak ada tujuan yang lebih penting dalam proses belajar mengajar kecuali mengusahakan agar perkembangan dan belajar siswa mencapai tingkat optimal. Pemberian nilai merupakan salah satu cara dalam usaha ke arah tujuan itu, asal dilakukan dengan hati-hati dan bijaksana.
Pemberian nilai merupakan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memberikan suatu balikan (feed back / umpan balik) yang mencerminkan seberapa jauh seorang siswa telah mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pengajaran atau sistem instruksional.
Apabila pemberian nilai dapat dilakukan dengan cermat dan terperinci, maka akan lebih mudah diketahui pula keberhasilan dan kegagalan siswa disetiap bagian tujuan. Oleh karena itu, penggabungan nilai dari berbagai nilai sehingga menjadi nilai akhir, kadang-kadang dapat menghilangkan arti dari petunjuk yang semula telah disajikan secara teliti.
Nilai rendah yang diperoleh seorang atau beberapa siswa, jika disajikan dalam keadaan yang terperinci akan membantu siswa dalam usaha memperbaiki dan memberi motivasi peningkatan prestasi berikutnya. Bagi pengelola pengajaran, sajian terperinci nilai siswa dapat berfungsi menunjukan begian-bagian proses mana yang perlu diperbaiki.
2. Fungsi Informatif
Memberikan nilai siswa kepada orang tuanya mempunyai arti bahwa orang tua tersebut menjadi tahu akan kemajuan dan prestasi putranya di sekolah. Catatan ini akan sangat berpengaruh, terutama bagi orang tua yang ikut serta menyadari tujuan sekolah dan perkembangan putranya. Dengan catatan ini orang tua akan:
a. sadar terhadap keadaan putranya, untuk kemudian lebih baik memberi bantuan berupa perhatian, dorongan ataupun bimbingan, dan
b. hubungan orang tua dengan sekolah semakin lebih baik.
3. Fungsi Bimbingan
Pemberian nilai kepada siswa akan mempunyai arti besar bagi pekerjaan bimbingan. Dengan perincian gambaran nilai siswa, petugas bimbingan akan segera tahu bagian-bagian mana dari usaha siswa disekolah yang masih memerlukan bantuan. Catatan lengkap yang juga mencakup tingkat (rating) dalam kepribadian siswa serta sifat-sifat yang berhubungan denga rasa sosial akan sangat membantu siswa dalam mengarahkannya sebagai pribadi yang seutuhnya.
4. Fungsi Administratif
Secara administratif pemberian nilai akhir oleh seorang pendidik terhadap peserta didiknya itu memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Menentukan kenaikan dan kelulusan siswa.
b. Memindahkan atau menempatkan siswa.
c. Memberikan beasiswa.
d. Memberikan rekomendasi untuk melanjutkan belajar.
e. Memberi gambaran tentang prestasi siswa/lulusan kepada para calon pemakai tenaga kerja.
III. FAKTOR-FAKTOR PERTIMBANGAN DALAM MENENTUKAN NILAI AKHIR
Walaupun hal yang dinilai tidak sama bagi setiap sekolah, namun secara garis besar dapat ditentukan unsur umum dalam penilaian yang menyangkutnya faktor-faktor yang harus dipertimbangkan. Unsur-unsur umum tersebut itu adalah: prestasi/pencapaian, usaha, aspek pribadi dan sosial, kebiasaan bekerja.
A. Prestasi / Pencapaian (achievment)
Nilai prestasi harus mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang ditetapkan di setiap bidang studi.
Simbol yang digunakan untuk menyatakan nilai, bail huruf maupun angka, hendaknya hanya merupakan gambaran tentang prestasi saja. Unsur pertimbangan atau kebijaksanaan guru tentang usaha dan tingkah laku siswa tidak boleh ikut berbicara pada nilai tersebut.
B. Usaha (effort)
Disamping nilai-nilai hasil belajar yang diacapai oleh peserta didik, faktor usaha yang telah mereka lakukan juga perlu mendapat pertimbangan dalam rangka penentuan nilai akhir. Sekalipun misalnya seorang peserta didik hanya dapat mencapai nilai-nilai hasil belajar yang minimal (prestasinya rendah), namun apabila pendidik dengan secara cermat dapat mengamati – sehingga dapat diperoleh bukti bahwa dengan nilai-nilai hasil test, hasil belajar yang rendah itu sebenarnya sudah merupakan hasil usaha yang sungguh-sungguh (sangat rajin dalam mengikuti pelajaran, tekun didalam belajar dan sebagainya), maka sudah selayaknya kepada peserta didik tersebut dapat diberikan nilai penunjuang sebagai penghargaan atas usaha sungguh-sungguh dari peserta didik itu, tanpa mengenal rasa putus asa.
Sebaliknya bagi peserta didik yang memiliki nilai-nilai hasil tes hasil belajar yang rendah tetapi dengan nilai-nilai yang rendah itu peserta didik tadi tidak tampak adanya usaha yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki prsetasinya (malas dalam mengikuti pelajaran, sering membolos, belajar setengah-setengah dan sebagainya), maka adalah cukup beralasan bagi pendidik untuk memberikan nilai akhir menurut apa adanya.
C. Aspek Pribadi dan Sosial (personal and social characterisitics)
Karakter yang dimiliki oleh peserta didik baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok perlu juga mendapat pertimbangan dalam penentuan nilai akhir.
Seorang peserta didik yang sekalipun prestasi belajarnya tergolong menonjol namun akhlaknya tidak baik, indisipliner, sering berbuat curang atau berbuat onar dan sebagainya perlu mendapatkan ”hukuman” seimbang berupa pengurangan nilai akhir.
D. Kebiasaan Bekerja (working habits)
Yang dimaksud dengan kebiasaan kerja disini adalah hal-hal yang berhubungan dengan kebiasaan melakukan tugas. Misalnya: tepat waktu atau tidaknya dalam menyerahkan pekerjaan rumah (PR), rapih tidaknya hasil pekerjaan rumah tersebut, ketelitiannya dalam menghitung dan sebagainya. Dapat juga dimasukan disini: kebersihan badan, kerapian berpakaian dan sebagainya.
IV. CARA MENENTUKAN NILAI AKHIR
Tiap guru mempunyai pendapat sendiri tentang cara menentukan nilai akhir. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pandangan mereka terhadap penting dan tidaknya bagian yang dilakukan siswa. Yang dimaksudkan dengan kegiatan-kegiatan siswa misalnya: menyelesaikan tugas, mengikuti diskusi, menempuh tes formatif, menempuh tes tengah semester, tes semester, rajin dalam mengikuti proses KBM, dan sebagainya.
Penentuan nilai akhir dilakukan terutama pada waktu guru akan mengisi raport atau STTB. Biasanya dalam menentukan nilai akhir ini guru sudah dibimbing oleh suatu peraturan atau pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah atau kantor/badan yang membawahinya.
Dibawah ini terdapat beberapa rumus untuk menetukan nilai akhir yaitu sebagai berikut:
NA=
Keterangan: NA = nilai akhir, F=nilai tes formatif dan S=nilai tes sumatif.
NA=
Keterangan: NA = nilai akhir, T=nilai tugas, H=nilai ulangan harian (rata-ratanya) dan U=nilai ulangan umum.
V. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai akhir ini merupakan kesimpulan nilai-nilai yang dicapai oleh siswa dalam ujian akhir dan rangkaian kegiatan yang telah dilakukannya.
2. Nilai akhir melambangkan tingkat keberhasilan peserta didik setelah mereka mengikuti program pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu, dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
3. Fungsi nilai akhir meliputi: fungsi intruksional, fungsi informatif, fungsi bimbingan dan fungsi administratif.
4. Faktor-faktor pertimbangan dalam menentukan nilai akhir adalah: prestasi/pencapaian, usaha, aspek pribadi dan sosial, dan kebiasaan bekerja.
5. Untuk menentukan nilai akhir digunakanrumus-rumus seperti : NA= dan NA=
SUMBER BACAAN
Anas Sudijono, ”Pengantar Evaluasi Pendidikan” Jakarta: Rajawali Pers, 2009
Suharsimi Arikunto, ”Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan” Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Data nilai dapat mencakup nilai tugas, nilai ulangan harian, nilai ujian tengah semester, nilai ujian akhir semester dan nilai rangkaian kegiatan, seperti penulisan karangan, pekerjaan rumah, partisipasi dalam kelas, praktek dan sebagainya. Nilai akhir yang diberikan kepada siswa ditentukan berdasar nilai akhir tersebut, sehingga nilai akhir ini merupakan kesimpulan nilai-nilai yang dicapai oleh siswa dalam ujian akhir dan rangkaian kegiatan yang telah dilakukannya. Dalam menentukan nilai akhir, bobot nilai-nilai yang merupakan komponennya perlu ditentukan dan diberitahukan kepada siswa.
Sistem penilaian yang sesuai dengan maksud dan tujuan yang telah disebutkan di atas adalah sistem penilaian relatif, yaitu sistem yang digunakan untuk menilai kemampuan siswa yang lain dalam kelasnya. Ini berarti bahwa prestasi seluruh siswa dalam suatu kelas dipakai sebagai dasar penilaian.
Dalam hal ini digunakan anggapan bahwa dalam suatu kelompok siswa, dalam jumlah yang cukup besar, pasti terdapat siswa yang kemampuannya amat baik, cukup, kurang, dan jelek. Kepada kelompok siswa yang berkemampuan amat baik diberikan nilai 90, para siswa yang termasuk dalam kelompok baik diberi nilai 80, yang berkemampuan cukup diberi nilai 70, nilai 60 diberikan kepada kelompok siswa yang berkemampuan kurang, sedang kelompok siswa yang berkemampuan jelek diberi nilai 50.
Dengan demikian nilai-nilai angka 91-100, 81-90, 71-80, 61-70, dan 51-60 mempunyai arti sebagai berikut:
91-100 = amat baik
81-90 = baik
71-80 = cukup
61-70 = kurang
51-60 = jelek
Bagi seorang siswa, nilai merupakan sesuatu yang sangat penting karena nilai merupakan cermin dari keberhasilan belajar. Namun bukan hanya siswa sendiri saja yang memerlukan cerminan keberhasilan belajar; guru dan dan orang lainnyapun, memerlukannya. Sehingga pemberian nilai akhir bagi siswa menjadi sangat penting dalam rangka memetakan kemampuan siswa berdasarkan kriteria yang telah disebutkan diatas.
II. PENGERTIAN DAN FUNGSI NILAI AKHIR
A. PENGERTIAN NILAI AKHIR
Nilai akhir sering juga dikenal dengan istilah nilai final adalah, nilai baik berupa angka atau huruf yang melambangkan tingkat keberhasilan peserta didik setelah mereka mengikuti program pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu, dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Penentuan nilai akhir oleh seorang pendidik terhadap peserta didiknya pada dasarnya merupakan pemberian dan penentuan pendapat pendidik terhadap peserta didiknya, terutama mengenai perkembangan, kemajuan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh peserta didik yang berada dibawah asuhannya, setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
B. FUNGSI NILAI AKHIR
Secara garis besar memiliki empat macam fungsi yaitu: fungsi intruksional, fungsi informatif, fungsi bimbingan dan fungsi administratif.
1. Fungsi Intruksional
Tidak ada tujuan yang lebih penting dalam proses belajar mengajar kecuali mengusahakan agar perkembangan dan belajar siswa mencapai tingkat optimal. Pemberian nilai merupakan salah satu cara dalam usaha ke arah tujuan itu, asal dilakukan dengan hati-hati dan bijaksana.
Pemberian nilai merupakan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memberikan suatu balikan (feed back / umpan balik) yang mencerminkan seberapa jauh seorang siswa telah mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pengajaran atau sistem instruksional.
Apabila pemberian nilai dapat dilakukan dengan cermat dan terperinci, maka akan lebih mudah diketahui pula keberhasilan dan kegagalan siswa disetiap bagian tujuan. Oleh karena itu, penggabungan nilai dari berbagai nilai sehingga menjadi nilai akhir, kadang-kadang dapat menghilangkan arti dari petunjuk yang semula telah disajikan secara teliti.
Nilai rendah yang diperoleh seorang atau beberapa siswa, jika disajikan dalam keadaan yang terperinci akan membantu siswa dalam usaha memperbaiki dan memberi motivasi peningkatan prestasi berikutnya. Bagi pengelola pengajaran, sajian terperinci nilai siswa dapat berfungsi menunjukan begian-bagian proses mana yang perlu diperbaiki.
2. Fungsi Informatif
Memberikan nilai siswa kepada orang tuanya mempunyai arti bahwa orang tua tersebut menjadi tahu akan kemajuan dan prestasi putranya di sekolah. Catatan ini akan sangat berpengaruh, terutama bagi orang tua yang ikut serta menyadari tujuan sekolah dan perkembangan putranya. Dengan catatan ini orang tua akan:
a. sadar terhadap keadaan putranya, untuk kemudian lebih baik memberi bantuan berupa perhatian, dorongan ataupun bimbingan, dan
b. hubungan orang tua dengan sekolah semakin lebih baik.
3. Fungsi Bimbingan
Pemberian nilai kepada siswa akan mempunyai arti besar bagi pekerjaan bimbingan. Dengan perincian gambaran nilai siswa, petugas bimbingan akan segera tahu bagian-bagian mana dari usaha siswa disekolah yang masih memerlukan bantuan. Catatan lengkap yang juga mencakup tingkat (rating) dalam kepribadian siswa serta sifat-sifat yang berhubungan denga rasa sosial akan sangat membantu siswa dalam mengarahkannya sebagai pribadi yang seutuhnya.
4. Fungsi Administratif
Secara administratif pemberian nilai akhir oleh seorang pendidik terhadap peserta didiknya itu memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Menentukan kenaikan dan kelulusan siswa.
b. Memindahkan atau menempatkan siswa.
c. Memberikan beasiswa.
d. Memberikan rekomendasi untuk melanjutkan belajar.
e. Memberi gambaran tentang prestasi siswa/lulusan kepada para calon pemakai tenaga kerja.
III. FAKTOR-FAKTOR PERTIMBANGAN DALAM MENENTUKAN NILAI AKHIR
Walaupun hal yang dinilai tidak sama bagi setiap sekolah, namun secara garis besar dapat ditentukan unsur umum dalam penilaian yang menyangkutnya faktor-faktor yang harus dipertimbangkan. Unsur-unsur umum tersebut itu adalah: prestasi/pencapaian, usaha, aspek pribadi dan sosial, kebiasaan bekerja.
A. Prestasi / Pencapaian (achievment)
Nilai prestasi harus mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang ditetapkan di setiap bidang studi.
Simbol yang digunakan untuk menyatakan nilai, bail huruf maupun angka, hendaknya hanya merupakan gambaran tentang prestasi saja. Unsur pertimbangan atau kebijaksanaan guru tentang usaha dan tingkah laku siswa tidak boleh ikut berbicara pada nilai tersebut.
B. Usaha (effort)
Disamping nilai-nilai hasil belajar yang diacapai oleh peserta didik, faktor usaha yang telah mereka lakukan juga perlu mendapat pertimbangan dalam rangka penentuan nilai akhir. Sekalipun misalnya seorang peserta didik hanya dapat mencapai nilai-nilai hasil belajar yang minimal (prestasinya rendah), namun apabila pendidik dengan secara cermat dapat mengamati – sehingga dapat diperoleh bukti bahwa dengan nilai-nilai hasil test, hasil belajar yang rendah itu sebenarnya sudah merupakan hasil usaha yang sungguh-sungguh (sangat rajin dalam mengikuti pelajaran, tekun didalam belajar dan sebagainya), maka sudah selayaknya kepada peserta didik tersebut dapat diberikan nilai penunjuang sebagai penghargaan atas usaha sungguh-sungguh dari peserta didik itu, tanpa mengenal rasa putus asa.
Sebaliknya bagi peserta didik yang memiliki nilai-nilai hasil tes hasil belajar yang rendah tetapi dengan nilai-nilai yang rendah itu peserta didik tadi tidak tampak adanya usaha yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki prsetasinya (malas dalam mengikuti pelajaran, sering membolos, belajar setengah-setengah dan sebagainya), maka adalah cukup beralasan bagi pendidik untuk memberikan nilai akhir menurut apa adanya.
C. Aspek Pribadi dan Sosial (personal and social characterisitics)
Karakter yang dimiliki oleh peserta didik baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok perlu juga mendapat pertimbangan dalam penentuan nilai akhir.
Seorang peserta didik yang sekalipun prestasi belajarnya tergolong menonjol namun akhlaknya tidak baik, indisipliner, sering berbuat curang atau berbuat onar dan sebagainya perlu mendapatkan ”hukuman” seimbang berupa pengurangan nilai akhir.
D. Kebiasaan Bekerja (working habits)
Yang dimaksud dengan kebiasaan kerja disini adalah hal-hal yang berhubungan dengan kebiasaan melakukan tugas. Misalnya: tepat waktu atau tidaknya dalam menyerahkan pekerjaan rumah (PR), rapih tidaknya hasil pekerjaan rumah tersebut, ketelitiannya dalam menghitung dan sebagainya. Dapat juga dimasukan disini: kebersihan badan, kerapian berpakaian dan sebagainya.
IV. CARA MENENTUKAN NILAI AKHIR
Tiap guru mempunyai pendapat sendiri tentang cara menentukan nilai akhir. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pandangan mereka terhadap penting dan tidaknya bagian yang dilakukan siswa. Yang dimaksudkan dengan kegiatan-kegiatan siswa misalnya: menyelesaikan tugas, mengikuti diskusi, menempuh tes formatif, menempuh tes tengah semester, tes semester, rajin dalam mengikuti proses KBM, dan sebagainya.
Penentuan nilai akhir dilakukan terutama pada waktu guru akan mengisi raport atau STTB. Biasanya dalam menentukan nilai akhir ini guru sudah dibimbing oleh suatu peraturan atau pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah atau kantor/badan yang membawahinya.
Dibawah ini terdapat beberapa rumus untuk menetukan nilai akhir yaitu sebagai berikut:
NA=
Keterangan: NA = nilai akhir, F=nilai tes formatif dan S=nilai tes sumatif.
NA=
Keterangan: NA = nilai akhir, T=nilai tugas, H=nilai ulangan harian (rata-ratanya) dan U=nilai ulangan umum.
V. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai akhir ini merupakan kesimpulan nilai-nilai yang dicapai oleh siswa dalam ujian akhir dan rangkaian kegiatan yang telah dilakukannya.
2. Nilai akhir melambangkan tingkat keberhasilan peserta didik setelah mereka mengikuti program pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu, dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
3. Fungsi nilai akhir meliputi: fungsi intruksional, fungsi informatif, fungsi bimbingan dan fungsi administratif.
4. Faktor-faktor pertimbangan dalam menentukan nilai akhir adalah: prestasi/pencapaian, usaha, aspek pribadi dan sosial, dan kebiasaan bekerja.
5. Untuk menentukan nilai akhir digunakanrumus-rumus seperti : NA= dan NA=
SUMBER BACAAN
Anas Sudijono, ”Pengantar Evaluasi Pendidikan” Jakarta: Rajawali Pers, 2009
Suharsimi Arikunto, ”Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan” Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Langganan:
Postingan (Atom)