Jumat, 30 Januari 2009

jawaban uas IT


DEPARTEMEN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM CIREBON
PROGRAM PASCASARJANA

Jl. Perjuangan – Sunyaragi By Pass Cirebon, Telp. (0231-481264) Psw. 133

Jawaban Ujian Akhir Semester Gasal
Tahun Akademik 2008 / 2009
Nama Mahasiswa : W A R L I
N I M : 505 820 022
Mata Kuliah : Pengembangan IT Dalam Pembelajaran
Program Studi : Pendidikan Islam
Konsentrasi : Psikologi Pendidikan Islam
Semester : I (satu)
Dosen : Prof. Dr. Wahidin, M.Pd


1. Deskripsikan wilayah garapan / pokok-pokok Manajemen Sistem Informasi Pendidikan (MSIP)
JAWAB :
Pengertian sistem informasi manajemen (SIM), merupakan penerapan sistem informasi di dalam tubuh organisasi guna mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen pada organisasi tersebut. SIM merupakan kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data sehingga tersaji informasi yang berguna bagi semua tingkatan manajemen organisasi tersebut.

Dengan demikian wilayah garapan atau pokok-pokok Manajemen Sistem Informasi Pendidikan (MSIP) adalah administrasi pendidikan itu sendiri, yang berguna untuk :
Meningkatkan kemampuan (manajerial dan administrasi pendidikan) dalam rangka standarisasi, pemantauan, evaluasi, meningkatkan kualitas, perumusan kebijakan, pengambilan keputusan dan perencanaan pendidikan, atas dasar data dan informasi yang cepat dan akurat,
Terwujudnya sistem pangkalan data dan informasi sebagai sub sistem dari SIM Pendidikan DEPDIKNAS,
Melembaganya pengelolaan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, sehingga terjamin adanya kesinambungan dalam pemeliharaan, pengoperasian dan pengembangan pendidikan.


2. Bagaimana proses penggunaan Manajemen Sistem Informasi Pendidikan (MSIP) dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan ?
JAWAB :
Proses penggunaan MSIP adalah :
Data dan informasi harus dioleh kedalam satu sistem informasi, agar data dan informasi tersebut memiliki makna dan dapat membantu membuat keputusan-keputusan. Suatu organisasi harus memiliki input data dan informasi yang baik, sehingga keputusan-keputusan yang diambil sesuai dengan tujuan organisasi. Data dan informasi yang baik tidak hanya harus akurat, valid dan mencukupi/lengkap, tetapi juga harus tepat waktu pada saat dibutuhkan.
Sebagai bentuk akuntabilitas dan pencitraan publik pengelolaan pendidikan, adanya SIMP bertujuan untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses, menganalisis, dan mempublikasikan informasi tersebut.
Salah satu hasil yang sangat penting dan strategis dari SIMP adalah dihasilkannya pemetaan sekolah secara akurat. Dengan bantuan program-program pengolah data modern dan perangkat lunak lain, pemetaan sekolah tidak hanya memetakan sekolah dari segi kualifikasi dan sebaran tetapi juga dari segi atribut atau kondisi sekolah.
Banyak pendapat mengatakan bahwa teknologi informasi merupakan salah satu senjata persaingan dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan. Hal ini tidak perlu diragukan lagi karena saat ini teknologi informasi telah menjadi salah satu alat untuk meningkatkan efesiensi aktivitas operasional lembaga pendidikan. Hampir disetiap lembaga pendidikan telah tampak fenomena bahwa yang menjadi kriteria pilihan masyarakat saat ini adalah lembaga pendidikan yang telah memiliki perangkat teknologi informasi yang sangat memadai dalam berbagai aktivitas operasional lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang mampu mengoperasionalkan manajemen sistem informasi pendidikan dengan baik akan meningkatkan mutu layanan pendidikan yang sekaligus akan menjadi lembaga pendidikan yang menjadi pilihan masyarakat.


3. Klasifikasikan kemudian deskripsikan jenis data yang biasa digunakan untuk kepentingan MSIP ?
JAWAB :
Klasifikasi dan deskripsi data :
Data dari pemerintah/birokrasi, yaitu Undang-undang, peratuaran, ketetapan/keputusan, edaran, anjuran, standar kurikulum, nomor statistik sekolah, nomor induk personil/pegawai (NIP), NUPTK (Nomor Induk Pendidik dan Tenaga Kependidikan), hasil monitoring/supervisi/audit,reward/bantuan/blok grant, standart-standart, penilaian/akreditasi, dan lain-lain.
Data pada sekolah/organisasi, yaitu data siswa, personil (guru dan staf administrasi), keuangan, komite/organisasi sekolah, barang-barang inventaris/perlengkapan (barang tidak bergerak, tanah dan bangunan; barang-barang bergerak ; perabot, peralatan-peralatan teknis). Barang-barang non inventaris (habis pakai), bukti kerja sama/MoU, prestasi, pengembangan kurikulum dan silabus, tata tertib, perencanaan/strategi, keputusan/ketetapan intern, dan lain-lain.
Kedua kelompok data tersebut merupakan data hidup (bertambah atau berkurang/berubah) harus diolah dari waktu ke waktu sehingga terjadi satu sistem informasi yang "berguna" yaitu SIMP pada organisasi tersebut, yang akan memudahkan pula dalam pengendalian/evaluasi dan diakses oleh pihak-pihak yang membutuhkan/stakeholders

4.Deskripsikan fungsi manajeman sistem informasi dalam konteks :
JAWAB :
Manajemen Data. Data adalah fakta-fakta mentah atau deskripsi-deskripsi dasar dari hal-hal, event, aktivitas, dan transaksi yang ditangkap, direkam, disimpan, diklasifikasikan, diorganisasikan, pada gilirannya akan mampu menghasilkan informasi yang bermakna.
Monitoring. SIM merupakan "darah" yang mengalir dalam tubuh organisasi, berbekal Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang akurat dan konferhensif, akan memudahkan menejer atau pihak lain/stakeholders melakukan monitoring setiap waktu atau pada saat yang diperlukan.
Pengambilan Keputusan. Sistem informasi mampu menyediakan informasi kepada manajer yang harus membuat keputusan dalam situasi-situasi tertentu, mendukung pengambil keputusan dalam situasi yang tidak terstruktur dengan baik. Sistem ini disebut Decision Support System (DSS).
Evaluasi dan Penilaian. Suatu organisasi yang mampu menyajikan sistem informasi yang memiliki makna, lengkap, akurat, akuntabel, akan mampu untuk dievaluasi/penilaian oleh organisasi sendiri (evaluasi diri), maupun oleh pihak-pihak lain/stekholders.
Pengontrol Kualitas. sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa garapan utama manajemen sistem informasi pendidikan adalah administrasi pendidikan itu sendiri, bila sekolah mampu memiliki sistem informasi yang handal, tentu akan mampu diimplementasikan terhadap pengontrol/pengendalian kualitas sekolah tersebut, karena Sistem Informasi Manajemen (SIM) diadakan dalam rangka standarisasi, pemantauan, evalusi, meningkatkan kualitas perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan perencanaan atas dasar sistem informasi yang akurat dan komprehensif.
Meningkatkan Daya Kompetensi. Ciri informasi yang berguna adalah akurat, lengkap, fleksibel, dapat dipercaya, berhubungan, mudah diakses, berdasarkan fakta, tepat waktu, dan tidak terkontaminasi. Disamping itu mudah dalam penyimpanan, pengambilan, analisis dan sharing data, sehingga organisasi tersebut akan mampu meningkatkan kompetensi dalam hal : berkomunikasi lebih cepat dan mudah, dapat memperluas kewenangan dan pengembangan organisasi, kemampuan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan,
Pengembangan Kelembagaan (Misalnya Sekolah) : Sistem Informasi Manajemen (SIM) dapat memberikan peningkatan pelayanan kepada siswa dan orang tua siswa/stekholders, misalnya penyajian informasi tentang kemajuan belajar siswa secara cepat dan akurat. Semakin cepat informasi sampai kepada orang tua siswa/stekholders akan mempercepat perbaikan/pengendalian mutu pembelajaran dan mutu sekolah. Sistem Informasi Manajemen sebagai modal untuk bersaing secara profesional dan sehat dengan sekolah lain dalam upaya pengembangan sekolah.
Mengefektifkan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Lainnya. Mengoptimalisasikan proses-proses pengolahan data dan tugas-tugas yang dikerjakan secara manual, meningkatkan efektivitas dan efesiensi sumber daya manusia yang bekerja dalam kelompok, dalam suatu tempat atau beberapa lokasi.
Menyederhanakan Birokrasi. Sistem Informasi Manajemen (SIM), menyediakan komunikasi dalam/antar organisasi dengan cepat, SIM menyimpan informasi yang mudah diakses dengan prosedur yang simpel, SIM menyediakan fasilitas pengaksesan informasi yang sangat banyak diseluruh dunia dengan cepat dan mudah tanpa ada aturan harus melalui birokrasi tertentu.
Meningkatkan Efesiensi. Meningkatkan efesiensi sekaligus efektivitas, menyajikan informasi dengan jelas, mampu mengurangi beban kerja, mempercepat pekerjaan/pengetikan dan editing, pembiayaan menjadi lebih murah.
Membuat Perencanaan. Perencanaan yang baik tentang pengembangan/peningkatan ketika akan memulai sesuatu yang baru harus didukung/didahului oleh adanya data dan informasi, selain dari fenomena empirik dan renungan serta refleksi, semakin komprehensifnya informasi maka semakin baiklah perencanaan yang dibuat.
Umpan Balik. Dapat meningkatkan kreativitas, baik penyedia layanan sistem informasi dengan pengguna karena bisa mendapatkan feed back dari pengguna sistem informasi dengan lebih cepat. Adanya hubungan dua arah dari penyedia layanan manajemen informasi dengan pengguna informasi karena informasi akan lebih terintegrasi pada layanan menajemen informasi khususnya yang akan dijadikan pijakan dalam pengambilan keputusan.

5. Berikan penjelasan perbedaan manajemen sistem informasi pendidikan konvensional dengan berbasis komputer (modern), dalam kontek planning, actuating,innovating, organizing, staffing, controlling, representing, coordinating?
JAWAB :
terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian fungsi-fungsi manajemen :
1.Planning adalah : Perencanaan
2.Actuating adalah : action/realisasi kerja
3.Directing adalah :Pengarahan
4.Innovating adalah Peningkatan Perbaikan/inovasi
5.Organizing adalah : Pengorganisasian
6.Staffing adalah : Manajemen Kepegawaian, menyangkut deskripsi jabatan/keahlian,fungsi, wewenang dan tanggung jawab.
7.Controlling adalah : Pengendalian
8.Representing adalah : Sumbangan dengan tugas pimpinan antara lain, menghadiri/memimpin rapat, melakukan perjalanan, melakukan kontrak/hubungan dengan pihak lain.
9.Coordinating adalah : Koordinasi/hubungan.
Perbedaan Manajemen Sistem Informasi Pendidikan antara model yang konvensional dengan yang berbasis komputer/modern adalah :
Model Konvensional, adalah sistem informasi yang dikerjakan secara manual. Bila dikaitkan dengan situasi sekarang dimana kemajuan teknologi informasi dan komunikasi demikian dahsyat, maka kondisi dan kemampuan Manajemen Sistem Informasi Pendidikan model konvensional adalah kebalikan dari model modern, sehingga fungsi-fungsi manajemen seperti planning, actuating, directing, innovating, staffing, controlling, refresenting, dan coordinating tidak akan semudah,sepraktis, seefektif dan seefesien pada penerapan model modern/berbasis komputer.
Model Berbasis Komputer (Modern). MSIP berbasis komputer atau Computer Based Information System (CBIS) adalah sebuah sistem informasi yang menggunakan komputer dan teknologi telekomunikasi untuk melakukan tugas-tugas yang dikehendaki sehingga mampu melaksanakan komputasi numerik, bervolume besar, dengan kecepatan tinggi, menyediakan komunikasi dalam satu sekolah atau antar sekolah yang murah, akurat dan cepat, seperti :
1.Menyimpan informasi dalam jumlah yang sangat besar dalam ruang yang kecil tetapi mudah diakses
2.Melakukan pengaksesan informasi yang sangat banyak diseluruh dunia dengan cepat dan murah
3.Meningkatkan efektivitas dan efesiensi pekerjaan
4.Menyajikan informasi dengan jelas dan menggunakan pikiran
5.Mengotomatiskan proses-proses pekerjaan, mempercepat pengetikan dan penyuntimngan
6.Melaksanakan hal-hal tersebut di atas jauh lebih mudah bila dibandingkan secara manual.
Dengan demikian fungsi-fungsi manajemen pada lembaga pendidikan dapat berjalan dengan lancar, cepat, normal, akuntabel, akurat, memenuhi standarisasi dan relatif murah.
Berikut adalah infrastruktur dan arsitektur informasi model CBIS. Infrastruktur informasi terdiri dari fasilitas-fasilitas fisik, layanan dan manajemen yang mendukung semua sumber daya komputer dalam suatu lembaga/organisasi. Terdapat 5 komponen utama dari infrastruktur dimaksud, yaitu :
1.Perangkat keras (hardware)
2.Perangkat lunak (software)
3.Fasilitas jaringan dan komunikasi (Networks and communication facilities) termasuk internet.
4.Basis data (data base)
Informasi Manajemen Personal (Personalia Management Information) arsitektur informasi berbeda dengan arsitektur komputer yang menggambarkan kebutuhan perangkat keras dari sistem komputer. Arsitektur informasi adalah perencanaan terhadap kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh lembaga/organisasi dan bagaimana proses kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi. Dalam mempersiapkan arsitektur informasi perancang (designer) membutuhkan :
1.Informasi-informasi perihal pendidikan
2.Infrastruktur informasi. Informasi telah ada dan yang direncanakan sehingga mampu melengkapi informasi dalam rangka terus eksis berada dalam lingkungan sistem informasi pendidikan.

6. Untuk soal no. 6, silakan pilih salah satu!
Salah satu contoh penerapan manajemen sistem informasi pendidikan di sekolah adalah e-learning. Buatlah contoh sederhana penerapan program e-learning di sekolah dalam hal :
1.Pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centred Learning) atau SCL
2.Pengembangan Perpustakaan Digital (Digital Library)
3.Pengembangan Sumber Daya Guru atau Pegawai
JAWAB :
Salah satu konsep/bentuk pengembangan perpustakaan digital (digital Library) adalah :
Penerapan teknologi informasi digunakan sebagai sistem informasi manajemen perpustakaan. Bidang pekerjaan yang diintegrasikan dengan sistem tersebut adalah pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan anggota, statistik dan lain sebagainya. Fungsi ini sering diistilahkan sebagai bentuk automasi perpustakaan
Penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Cakupannnya antara lain : Pengadaan koleksi, katalogisasi, inventarisasi, sirkulasi, reserve, inter-library loan
Pengelolaan penerbitan berkala
Penyediaan penerbitan berkala
Penyediaan katalog (OPAC) dan
Pengelolaan anggota
Penyedia teknologi informasi yang digunakan dalam layanan informasi referensi dikembangkan dengan menyediakan koleksi dalam bentuk digital yang dikemas dalam bentuk CD-ROM dan akses informasi ke jaringan luar (LAN, WAN, dan Internet).
Adapun peranan dari masing-masing layanan teknologi informasi adalah :
Peran CD-ROM :
1.Mempercepat akses informasi multi media, baik itu berupa abstrak, indeks, maupun bahan full texs, dalam bentuk digital tanpa mengadakan hubungan ke komputer
2.Media back up/cadangan data perpustakaan dan sarana koleksi referensi bagi perpustakaan lain.
Peran Internet :
1.Untuk mengakses informasi multimedia dalam resource internet
2.Sarana telekomunikasi dan distribusi informasi
3.Untuk membuat homepage, penyebarluasan katalog dan informasi

Senin, 26 Januari 2009

Israel dan Tragedi Kemanusiaan

belakangan ini isu yang sangat marak diperbincangkan adalah agresi mileter Israel terhadap warga sipil palestina, dalam kurun kurang dari satu bulan serangan gencar yang dilakukan oleh Israel telah banyak menelan korban sampai mencapai angka 1000 orang meninggal.
Kalau dilihat dari sudut pandang palestina tentunya apa yang dilakukan oleh Israel adalah suatu kebiadaban yang luar biasa. tentunya tragedi ini tidak akan pernah terjadi ketika ada kompromi diantara kedua belah pihak.
saat ini paradigma berfikir harus dirubah, dari paradigma bersaing, perang, kompetesi menjadi paradigma kerjasama dan saling mendukung.

Sabtu, 24 Januari 2009

Etika Pembelajaran Menurut Az-Zarnuji

I. P E N D A H U L U A N
Perkembangan ilmu-ilmu budaya manusia lebih terbelakang dari ilmu-ilmu kehidupan dan ilmu-ilmu alam. Teknik-teknik yang menyangkut aspek budaya manusia pun berkembang pula sesuai dengan itu.
Teknik-teknik penerapan ilmu sosiologi, psikologi, pendidikan, politik dikembangkan lewat penelitian-penelitian statistika. Dalam bidang komunikasi masa, bisa terjadi pengurasan otak manusia brain washing¬-lewat propaganda, periklanan, atau teknik-teknik komunikasi masa lainnya. Penyebaran dan pengendalian isu bisa menimbulkan anggapan massa tokoh yang sesungguhnya benar menjadi bersalah.
Etika dengan demikian semakin dikehendaki peranannya, karena dalam bidang ilmu ini lebih langsung menyangkut kemanusiaan. Andaikan perkembangan dua kelompok ilmu yang lain, teknik-teknik yang berkembang di bidang ilmu budaya itu negatif, berarti lebih dahsyat pengaruhnya pada kemanusiaan. Dengan begitu etika semakin dituntut peranannya.
Sehubungan dengan itu, maka didalam pembelajaran pun perlu ada Etika yang mengatur, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembalajaran itu sendiri. Dalam kaitan ini etika pembelajaran setiap langkah dan tingkah laku guru sangat diperlukan. Karena dengan itu penampilan guru akan terarah dengan baik, bahkan akan terus bertambah baik. Ia akan terus mengembangkan profesinya sebagai guru. Kalau etika pembelajaran yang merupakan pedoman atau pegangan itu tidak dihiraukan berarti akan kehilangan pola umum sebagai guru. Kepribadian guru akan terlihat bagaimana pemanfaatan dan pelaksanaan dari etika pembelajaran. Etika pembelajaran yang dimaksud adalah etika pembelajaran menurut Az-Zarnuji seorang pemikir Islam yang hidup di abad ke 6 Hijriyah.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang Etika Pembelajaran Menurut Az-Zarnuzi dengan maksud untuk:

1.Menemukan Idealisasi Islam tentang Etika Pembelajaran menurut Az-Zarnuji, yang dikaji dari aspek teoritis dan formal, dengan menjawab pertanyaan, apa etika pembelajaran menurut Az-Zarnuzi?
2.Melakukan idealisasi dari perspektif Islam terhadap proses dan perilaku Etika Pembelajaran menurut Az-Zarnuzi, yang kajiannya secara praksis dan substansial dengan menjawab pertanyaan, Bagaimana Isi, ciri-ciri / karakteristik etika pembelajaran menurut Az-Zarnuzi?
3.Melakukan iedalisasi dari perspektif Islam terhadap relevansi dan nilai guna etika pembelajaran menurut Az-Zarnuji dalam penyelenggaraan pendidikan Islam, wilayah kajiannya yang ditinjau dari sisi Aksiologi, dengan menjawab pertanyaan mengapa etika pembelajaran penting dalam penyelenggaraan pendidikan Islam?


II.TELAAH PUSTAKA
Dalam kaitan etika pembelajaran paling tidak terdapat tiga paradigma tentang pandangan Islam mengenai Etika Pembelajaran, pertama paradigma Integratif yaitu: antara etika pembelajaran dan penyelenggaraan pendidikan Islam. Kedua paradigma simbiotik, yang memandang bahwa etika pembelajaran dan penyelenggaraan pendidikan Islam berhubungan timbal balik dan saling memerlukan. Ketiga paradigma instrumental, yaitu bahwa Etika pembelajaran merupakan instrumen atau alat bagi pengembangan Pendidikan Islam dan realisasi nilai-nilai Islam.
Agama memang potensial dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan, karena agama memiliki beberapa kemungkinan fungsi terhadap pendidikan.
Pertama, agama merupakan sumber motivasi bagi pembangunan, yaitu faktor yang mendorong dan menggugah manusia dan masyarakar untuk membangun.
Kedua, agama merupakan sumber inspirasi bagi pembangunan, yaitu faktor yang dapat menyumbangkan nilai dan ide bagi pembangunan.
Ketiga, agama merupakan sumber evaluasi bagi pembangunan, yaitu bahwa agama dapat dijadikan sebagai alat ukur dan bahkan alat kritik untuk kebaikan proses pembangunan. (M. Din. Syamsudin, ”Etika agama dalam membangun masyarakat madani”, jakarta, Logos wacana Ilmu, 2002 :44).
Ada dua pendekatan yaitu pendekatan formalistik dan pendekatan substantivistik, pendekatan formalistik lebih mementingkan bentuk, sementara pendekatan substantivistik lebih cenderung mengedepankan isi ke timbang bentuk atau simbol.
Kedua kelompok ini juga menampilkan perbedaan mendasar pada aktualisasi keyakinan keagamaan (religius belief) kedalam aksi pendidikan. Yang formalis cenderung memformalkan bentuk/simbol-simbol agama, sedangkan yang substantivisme cenderung melakukan subtansi agama dalam proses pendidikan.( M. Din. Syamsudin, ”Etika agama dalam membangun masyarakat madani”, jakarta, Logos wacana Ilmu, 2002 : 67 ).
Etika adalah unsur penting yang terdapat dalam teori nilai. Yang banyak membahas teori baik dan buruk, benar dan salah. Etika mengandung pengertian: 1). Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya. 2). Etika berarti kumpulan asas atau moral. Misalnya kode etik; dan 3). Etika merupakan ilmu tentang yang baik dan yang buruk. (Cecep Sumarna, “Filsafat Ilmu”, Bandung, Mulia Press, 2008:209).
Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti watak. Sedangkan moral berasal dari bahasa Latin Mor (bentuk tunggal) dan more (bentuk jamak) yang sering diartikan sebagai kebiasaan.
Mengutif Siti Ghazbala (1981: 335), etika bersifat ideal dan hanya terkait dengan ide-ide. Ia merupakan suatu yang abstrak, tidak dapat disentuh panca indera. Manusia hanya dapat melihat perilaku manusia lainnya yang mengandung nilai. (Cecep Sumarna, “Filsafat Ilmu”, Bandung, Mulia Press, 2008:210 )
Menurut sastraprateja (1984) yang dikutif oleh M. Amin Aziz, sekurang-kurangnya ada enam tugas pokok etika pembelajaran: “1). Harus mengolah sikap yang sadar dan kritis mengenai tujuan-tujuan pembelajaran, tidak hanya yang secara formal terjadi dalam proses pembelajaran. 2). Menganalisa proses pembelajaran dari dalam dan mengisolasi nilai-nilai dan arti-arti yang tersembunyi di balik proses pembelajaran itu. 3). Merumuskan pedoman-pedoman atau prinsip-prinsip dasar sebagai orientasi dalam menentukan pengambilan keputusan dan kebijakan dalam proses pembelajaran. 4). Membangun kerangka teoritis yang terpadu. 5). Berdialog dengan ilmu-ilmu lainnya. 6). Menyadarkan manusia akan tanggung jawab baru dalam mengelola kekuatan-kekuatan yang telah dibangunnya sendiri.
Secara harafiah “etika pembelajaran” berarti sumber Etik. Etik artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, jadi “etika pembelajaran” diartikan sebagai aturan tata susila dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini kesusilaan diartikan sebagai kesopanan, sopan-santun dan ke adaban. (Sardiman A.M.,”Interkasi dan Motivasi Belajar Mengajar” Jakarta, Raja Grafindo Perkasa, 1996:149)
Etika pembelajaran, dengan demikian adalah kaidah-kaidah moral, norma atau aturan tata susila yang mendasari perilaku dalam melaksanakan pembelajaran itu. Etika pembelajaran membicarakan kaidah moral bagaimana teknik dan teknologi yang diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran.

III. P E M B A H A S A N
A. Pengertian Etika Pembelajaran
Sebagaimana di jelaskan diatas bahwa Etika Pembelajaran berkaitan erat dengan tata susila, norma-norma dan aturan-aturan dalam proses belajar mengajar, maka berikut ini akan dijelaskan tentang bagaimana konsep Syaikh Az-Zarnuji tentang Etika pembelajaran.
Menurut Saikh Az-Zarnuzi Etika pembelajaran meliputi: Bagimana berniat dalam belajar, bagaimana memilih guru, teman, dan ketabahan di dalam belajar, kemudian bagaimana penghormatan terhadap ilmu dan ulama, bagaimana keseriusan, ketekunan, dan minat dalam belajar, permulaan belajar, tawakal dalam belajar, dan waro’ dalam belajar. Itu semua adalah etika dan norma-norma serta tata urut pembelajaran menurut Az-Zarnuji yang dijelaskan dalam bukunya Ta’lim Muta’alim.
Dari batasan yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa etika pembelajaran adalah suatu proses dalam mendapatkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan, sehingga ilmu itu bermanfaat bagi kehidupannya, lingkungannya dan bangsanya. Yang merupakan pola pembelajaran yang di dasarkan pada niat yang tulus dan ikhlas yang disesuaikan dengan minat dan bakatnya, yang disampaikan oleh guru yang cerdas dan profesional dan teman-teman sebaya yang saling mendukung dalam proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran.
B. Riwayat Singkat Az-Zarnuji
Tetapi sebelum menjelaskan satu persatu dari tata urut, norma-norma dan etika pembelajaran diatas akan dijelaskan secara singkat tentang biografi Syaikh Az-Zarnuji.
Kata Saikh adalah panggilan kehormatan untuk pengarang kitab ini. Sedangkan Az-Zarnuji adalah nama marga yang diambil dari nama kota tempat beliau berada, yaitu kota Zarnuj. Diantara dua kata itu ada yang menulis gelar Burhanuddin (bukti kebenaran agama), sehingga menjadi Syaikh Burhanuddin Az-Zarnuji. Adapun nama personnya sampai sekarang belum ditemukan literatur yang menulisnya. (Aliy As’ad, “Terjemah Ta’lim Muta’alim Bimbingan bagi penuntut Ilmu Pengetahuan” Kudus, Menara Kudus, 2007 : ii)
Zarnuj masuk wilayah Irak. Tetapi bisa saja kota itu dalam peta sekarang masuk wilayah Turkistan (kini Afganistan) karena berada di dekat kota Khoujanda, memang tidak banyak diketahui tahun kelahiran Az-Zarnuji, tetapi diyakini beliau hidup dalam kurun waktu yang sama dengan Az-Zarnuji yang lain. Seperti halnya Az-Zarnuji kita ini, Az-Zarnuji lain yang nama lengkapnya Tajuddin Nu’man bin Ibrahim Az-Zarnuji juga seorang ulama besar dan pengarang yang wafat tahun 640 H / 1242 M. Sedangkan wafatnya Saikh Az-Zarnuji yang penulis buku Ta’lim Muta’allim wafat sekitar tahun 593 H. (Ibid).
C. Karakteristik Etika Pembelajaran
Secara jelas di dalam kitab Ta’lim Muta’alim-nya Syaikh Az-Zarnuzi tidak tertera tentang karakteristik etika pembelajaran, tetapi ada beberapa hal yang menjadi catatan dan menarik perhatian, yaitu bahwa Az-Zarnuji memberikan rambu-rambu bagi para penuntut ilmu yaitu:
1.Niatkan mencari ilmu dengan tulus dan ikhlas semata-mata karena Allah SWT.
2.Dalam memilih ilmu yang akan dipelajari (jurusan) disesuaikan dengan dirinya (minat dan bakatnya), serta memilih guru harus orang yang alim (banyak ilmu / mumpuni), bersifat wara’ dan lebih tua.
3.Dalam bergaul carilah teman yang tekun belajar, bersifat wara’, bertawakal dan yang istiqamah.
Ketiga hal diatas dapat dikatakan sebagai karakteristik pembelajaran menurut Az-Zarnuji.

1. Niat
Menurut Syaikh Az-Zarnuji penuntut ilmu wajib niat sewaktu belajar, sebab niat itu merupakan pokok-pokok dalam segala perbuatan. Sebaiknya bagi penuntut ilmu dalam belajarnya berniat mencari Ridlo Allah, kebaikan akhirat, membasmi kebodohan diri sendiri dan sekalian orang-orang bodoh. Mengembangkan agama dan mengabdikan Islam, sebab keabadian Islam itu harus diwujudkan dengan ilmu, sedangkan berbuat zuhud dan takwa itu tidak jika tanpa ilmu. Dalam menuntut ilmu hendaknya diniatkan juga untuk mensyukuri atas kenikmatan akal dan kesalehan badan; hendaklah jangan berniat mencari popularitas, tidak untuk mencari harta dunia, juga tidak untuk mencari kehormatan di mata penguasa dan semacamnya.
Jadi menurutnya dasar dari menuntut ilmu adalah sebuah niat yang Ikhlas semata-mata karena Allah Swt, untuk kemaslahatan umat, Kemashlahatan Agama Dan kemashlahatan bangsa, karena niat demikian adalah bagian dari sikap zuhud dan takwa. Tanpa didasari niat yang tulus dan ikhlas didalam pembelajaran maka tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Niat yang tulus dan ikhlas dalam pembelajaran merupakan pilar utama yang mendukung terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif yang akan berpengaruh pada kualitas dan intensitas serta harmonisasi dalam kegiatan belajar mengajar. Dan niat ini pula yang menjadi pijakan bagi siswa maupun guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya masing. Sehingga tidak akan terjadi dikotomi pembelajaran yang dilakukan oleh guru, murid maupun pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran itu sendiri.

2. Memilih jurusan
Dalam memilih ilmu (mentukan pilihan bidang Studi / jurusan) para santri harus memilih ilmu/bidang studi yang paling baik atau paling cocok dengan dirinya. Suatu bidang ilmu yang dikaji akan sangat menarik dan menantang bagi mereka yang menyenanginya dan yang merasa cocok dengan bidang ilmu itu, sehingga motivasi berprestasi dari santri/siswa akan mendorongnya untuk tekun belajar, keseriusan dalam mengerjakan tugas-tugas, serta kedisiplinan yang tinggi dalam mengikuti seluruh proses belajar yang mengajar, bahkan proses itu tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah/kampus ataupun pondok saja. Proses itu akan menjadi sumber kekuatan dimanapun dan kapanpun, sehingga dalam konteks ini proses belajar mengajar tidak lagi mengenal tempat dan waktu, karena setiap saat dimana saja para santri/siswa dapat terjadi proses belajar mengajar.
Adapun cara memilih guru/kiai carilah yang alim, yang bersifat wara’ dan yang lebih tua. Seorang guru yang baik dan menyadari profesinya sebagai guru, maka alim/cerdas adalah syarat mutlak bagi guru. Di samping itu juga keteladanan dan sifat wara’ seorang gurupun tidak kalah pentingnya. Sebab keteladanan merupakan pengalaman belajar yang paling mudah dan paling gampang diingat oleh santri/siswa. Olehnya paling tidaknya, sedikitnya seorang guru memiliki sifat keteladanan yang baik yang berakhlakul karimah dan bersifat wara’ (teliti dan hati dalam segala hal).
Para santri tidak akan memperoleh ilmu dan tidak ilmu tidak bermanfaat, tanpa mau menghormati ilmu dan gurunya. Bagian dari menghormati guru diantaranya adalah tidak berjalan di depannya, tidak duduk ditempatnya, jika dihadapannya tidak memulai bicara kecuali mendapat ijinnya, tidak bertanya sesuatu bila guru sedang bosan / capek, harus menjauhi hal-hal yang menyebabkan guru murka, mematuhi perintah asal tidak bertentangan dengan agama, tidak boleh menyakiti hati gurunya.
Kaitanya dengan hal diatas dapat diartikulasikan sebagai bentuk penegasan tentang etika murid terhadap guru dan bidang studi yang dipelajarnya. Karena dengan pola aturan diatas akan terjadi harmonisasi antara santri/murid dengan guru/sang kyai, antara santri/murid dengan bidang ilmu yang dipelajarinya.
Bagian dari menghormati ilmu diantaranya adalah; tidak memegang kitab kecuali dalam keadaan suci. Karena ilmu adalah cahaya dan wudhu pun cahaya, sedangakan cahaya ilmu tidak akan bertambah kecuali dengan berwudhu. Dilarang meletakkan kitab didekat kakinya, tidak meletakan sesuatu di atas kitab, santri harus bagus dalam menulis, tulisannya harus jelas. Termasuk menghormati teman dan orang yang mengajar bagian dari menghormati ilmu.

3. Bergaul dengan teman sebaya
Seorang santri harus memilih teman dengan orang yang tekun belajar, bersifat wara’ dan bertawakal istiqamah. Dan orang yang suka memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist-hadist Nabi.
Para santri harus bersungguh-sungguh dalam belajar,harus tekun, santri tidak boleh banyak tidur malam hari. Para santri harus menggunakan waktu malam untuk belajar dan beribadah, supaya memperoleh kedudukan tinggi di sisi-Nya. Jangan banyak makan agar tidak ngantuk. Santri harus mengulang-ulang pelajarannya pada waktu malam dan akhir malam, yaitu antara Isya dan sahur, karena saat-saat itu diberkahi. Para pelajar harus memanfaatkan waktu mudanya untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Mencari ilmu harus sabar pelan tapi pasti dan kontinyu, santri harus bercita-cita tinggi dan harus bersungguh-sungguh.
Para santri harus sering mendiskusikan suatu pendapat/masalah dengan teman-temannya. Diskusi tersebut harus dilakukan dengan tenang, tertib, tidak gaduh, tidak emosi karena itu semua adalah pilar di dalam berdiksusi, sehingga tujuan dari diskusi dapat tercapai. Belajar dengan cara diskusi dan dialog lebih efektif dari pada belajar sendiri. Para penuntut ilmu harus mengurangi hubungi duniawi sesuai dengan kemampuannya. Para penuntut ilmu seharusnya tidak menyibukan diri kecuali hanya menuntut ilmu.
Menuntut ilmu itu mulai dari ayunan (masih kanak-kanak) sampai ke liang kubur (mati). Masa muda harus digunakan untuk menuntut ilmu sebaik-baiknya. Adapun waktu belajar yang paling baik ialah menjelang waktu subuh dan antara waktu magrib dan isya. Orang berilmu harus menyayangi sesama , senang kalau orang lain mendapat kebaikan, tidak iri hati (hasad). Santri harus sibuk melakukan kebaikan dan menghindari permusuhan. Jangan berprasangka buruk terhadap orang mukmin, karena hal itu sumber permusuhan, dan tidak halal.
Para santri harus menambah ilmu setiap hari agar dapat kemuliaan, harus selalu membawa buku dan pena untuk menulis ilmu yang bermanfaat yang ia dengar setiap saat. Setiap santri juga harus bersikap wara’ (menjaga diri dari hal-hal yang tidak jelas halal-haramnya). Adapula hala-hal yang perlu diperhatikan oleh santri yaitu hal-hal apa saja yang dapat menguatkan hafalan ialah tekun/rajin belajar, katif mengurangi makanan, salat malam, dan membaca Al-Qur’an. Makan kundar (kemeyan) dicampur madu, dan makan dua puluh satu anggur merah setiap hari tanpa air, dapat menguatkan hapalan dan dapat menyembuhkan macam-macam penyakit. Dan apa saja yang dapat mengurangi dahak, bisa mnehuatkan hafalan, dan apa saja yang menambah dahak itu menyebabkan lemahnya hafalan. Adapun yang merusak hafalan adalah banyak berbuat maksiat, banyak dosa, banyak susah, prihatin memikirkan urusan harta, dan terlalu banyak kerja. Mengerjakan shalat dengan khusyu’ dan menyibukan diri untuk mencari ilmu dapat menghilangkan penderitaan dan kesusahan. Hal-hal yang menyebabkan cepat lupa ialah makan ketumbar basah, makan apel yang asam, melihat orang yang dipancung, membaca tulisan dikuburan, melewati barisan unta, membuang ketombe hidup ditanah dan melukai di bagian tengkuk kepala untuk menghilangkan rasa pusing-pusing.
Para santri pun dianjurkan untuk menghindari dusta, menghindari tidur pagi karena dapat menyebabkan miskin harta dan miskin ilmu. Ilmu dikumpulkan dengan meninggalkan tidur, di larang tidur dengan telanjang, kencing dengan telanjang, makan dalam keadaan junub dan lain-lain sampai menyepelekan shalat itu semua dapat menjauhkan rejeki dan mendekatkan kepada kefakiran.

C. Pentingnya Etika Pembelajaran dalam Pendidikan Islam
Pendukung utama tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Proses pendidikan yang bermutu tidak hanya cukup dilakukan melalui tranformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga harus didukung oleh peningkatan profesionalisme dan sistem manajemen tenaga pendidik serta pengembangan kemampuan peserta didik.
Kemampuan ini tidak hanya menyangkut aspek akademis, tetapi menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektuaktual dan sistem nilai peserta didik. Di wilayah inilah etika pembelajaran berperan.
Dunia pendidikan Islam sudah sepatutnya memperhatikan wilayah garapan etika pembelajaran dan menerapkannya dalam proses berlangsungnya transper ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga akan melahirkan karakterisitik peserta didik yang memiliki kematangan mental, Intelektual dan spritual yang harus menjadi ciri khas dari model pendidikan Islam.
Sejalan dengan harapan diatas Pendidikan Islam di Indonesia mau tak mau, siap tak siap, harus menerapkan etika pembelajaran yang sesuai dengan ajaran Islam dan tidak ketinggalan jaman dengan kemajuan teknologi, sehingga menghasilkan outcome yang berkualitas. Yang siap bersaing dengan siapun dan dengan model apapun.

IV. K E S I M P U L A N
Dari pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:
1.Sayikh Az-Zarnuji hidup di abad ke 6 H / 13 M, di daerah di kota Zarnuj dekat kota Khounjanda diwilayah Irak pada masa itu tetapi sekarang masuk wilayah Afganistan.
2.Ajaran-ajaran etikanya kebanyakan membahas masalah etika dalam menuntut ilmu yang dalam istilah ini disebut etika pembelajaran.
3.adapun hal yang mendasar dari ajaran etika pembelajaran adalah berkaitan dengan; a). Ketulusan dan keihklasan niat dalam menuntut dan memberikan ilmu, ini hal yang terpenting karena seorang guru ataupun siswa ketika mereka dalam proses belajar mengajar harus dengan niat yang tulus dan ikhlas sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan lancar, serta tujuan dari pembelajaran akan tercapai secara optimal. b). Sikap bersungguh-sungguh dan keseriusan dalam menutut dan memberikan ilmu, dengan susngguh-sungguh sesulit apapun dan sesusah apapun pelajaran akan dapat dipahami dan dimengerti dengan baik, sehingga kesugguhan dan keseriusan menjadi faktor keberhasilan dalam menuntut ilmu. c). Wara’ adalah sikap kehati-hatian yang harus dimiliki oleh pendidik mapun peserta didik, ketelitian dan kehati-hatian bagian dari etika dalam proses pembelajaran, karena kesalahan adalah hal yang menyebabkan kerusakan.
4.Syaikh Az-Zarnuji pun memberikan tip tentang upaya peningkatan hapalan dengan: rajin belajar, mengurangi volume makan, shalat malam, sering membaca al-Qur’an, sebelum belajar harus berdoa, banyak membaca salawat untuk Nabi, makan kemeyan dicampur madu dilakukan setiap hari, menghindari makanan asam.

Kamis, 22 Januari 2009

Notasi dan Bahasa Ilmiah

I. P E N D A H U L U A N
Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa ini maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan. Lebih lanjut lagi, tanpa kemampuan berbahasa ini maka manusia tidak mungkin mengembangkan kebudayaannya, sebab tanpa mempunyai bahasa maka hilang pulalah kemampuan untuk meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi yang satu kepada generasi selanjutnya.
Manusia dapat berpikir dengan baik karena mempunyai bahasa. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Demikian juga tanpa bahasa maka manusia tidak dapat mengkomunikasikan pengetahuannya kepada yang lain. Binatang tidak diberkahi dengan bahasa yang sempurna, sehingga binatang tidak dapat berpikir dengan baik dan mengakumulasikan pengetahuannya lewat proses komunikasi.
Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak di mana obyek-obyek yang faktual di transformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak.
Adanya simbol bahasa yang bersifat abstrak ini memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut. Demikian juga bahasa memberikan kemampuan untuk berpikir secara teratur dan sistematis.
Kalau ditelaah lebih lanjut, bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni: buah pikiran, bahasa, dan sikap. Atau seperti dinyatakan oleh Kneller bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi simbolik, emotif dan afektif. (George F. Kneller, 1964). Fungsi simbolik dari bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah sedangkan fungsi emotif menonjol dalam komunikasi estetik.
Dari sejumlah pernyataan diatas, sungguh jelas bahwa peranan bahasa sangat penting bagi kehidupan manusia, namun karena terbatasnya waktu dan sumber bacaan yang penulis miliki, maka pada makalah ini akan di bahas seputar: “fungsi bahasa, klasifikasi bahasa, bahasa ilmiah,teknik menulis ilmiah dan notasi ilmiah”.


II. FUNGSI DAN KLASIFIKASI BAHASA
A. Fungsi Bahasa
Sebagaimana yang telah di uraikan diatas bahwa dengan bahasa manusia dapat berpikir secara sistematis, dapat mengembangkan kebudayaannya, juga dapat mentransformasikan sesuatu yang empiris menjadi abstrak.
Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Louis O. Kattsof yang dikutif oleh Sumarna bahwa bahasa berguna untuk:
Pertama. Mengkomunikasikan apa yang dipikirkan seseorang kepada orang lain. Kedua. Bahasa dapat mengkomunikasikan obyek yang kongkret kepada sesuatu yang abstrak. Simbol-simbol objek yang semula faktual, ditransformasikan melalui simbol abstrak dalam bentuk bahasa, meskipun objek dari simbol yang dimaksud tidak lagi berada di tempat dimana komunikasi dilangsungkan. (Sumarna: 2008).
B. Klasifikasi Bahasa
Selain bahasa memiliki kegunaan, juga bahasa dapat di kelompokan dalam beberapa kelompok yaitu:
1. Bahasa alami, adalah bahasa yang memiliki kecenderungan: spontan, bersifat kebiasaan, instuitif (bisikan hati) dan pernyataan bersifat langsung. Bahasa alami terdiri dari:
a. Bahasa isyarat, bahasa isyaratpun terbagi menjadi dua: bahasa isyarat biasa (berlaku secara umum) dan bahasa isyarat buatan (berlaku secara khusus, dan hanya untuk orang-orang khusus)
b. Bahasa biasa, biasanya digunakan untuk komunikasi harian. Makna kata dalam bahasa biasa, dibedakan dalam dua jenis:
» Kata tertentu, memiliki arti tertentu.
» Kata tertentu untuk sesuatu yang berbeda atau memiliki makna lain dari makna yang dikandung oleh kata tertentu.
2. Bahasa buatan, ini disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan akal semata. Bahasa buatan dibagi menjadi dua:
a. Bahasa istilahi, rumusannya diambil dari bahasa biasa dan sering memunculkan kekaburan makna jika tidak diberi penjelasan sesuai dengan bidang keilmuan yang tercakup dari bahasa dimaksud.
b. Bahasa artifiasial, juga sering disebut sebagai bahasa simbolik. Bahasa ini umumnya digunakan untuk rumus logika matematika dan statistik. (disarikan dari Sumarna. filsafat ilmu. Bandung: Mulia Press, 2008. p.237-238)

III. BAHASA ILMIAH
Disebut bahasa ilmiah karena memiliki suatu rumusan dan kaidah tertentu, logika tertentu dan konseptual ( Sumarna: 2008). Bahasa ilmiah cenderung didasarkan pada pemikiran, sekehendak hati, menuntut kemungkinan dialogis/diskusi (logis dan memiliki arti mendalam), dan sifatnya berbentuk pernyataan tidak langsung. (Sumarna: 2008).
Sarana penyampaian bahasa ilmiah salah satunya adalah melalui komunikasi ilmiah, menurut Sumarna: 2008, komunikasi ini dapat dilakukan dengan dua cara:
Pertama, komunikasi melalui aksara dan hurup yang terangkai menjadi kata dengan makna tertentu dalam bentuk tulisan.
Kedua, komunikasi melalui rangkaian aksara dan hurup yang terangkai dalam bentuk kata dengan makna tertentu, yang dilakukan dengan cara oral.
Lebih lanjut Sumarna: 2008, mengatakan komunikasi ilmiah adalah transformasi ide, pemikiran, gagasan dari suatu objek, atau dari suatu subjek kepada subjek lewat bahasa; tulisan – oral dalam hurup/aksara, disertai dengan argumentasi dan penalaran yang bersipat ilmiah. Komunikasi ilmiah memiliki ciri: sistematis, empiris dan objektif.
Komunikasi ilmiah yang di sampaikan lewat lisan/oral mempunyai ciri-ciri:
1. Memungkinkan terjadinya dialog.
2. memungkinkan terjadinya diskusi antara subjek dan objek dalam sebuah tema pembicaraan.
Sedangkan komunikasi ilmiah yang di sampaikan lewat tulisan mempunyai ciri-ciri:
1. Tidak memiliki karakteristik dialogis.
2. Pikiran dibatasi oleh hurup, kata, dan kalimat yang tersusun dalam simbol hurup tulisan, serta dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan sosiologis penulis ketika tulisan itu di tulis.
Suatu tulisan ilmiah merupakan himpunan hurup-hurup membentuk kata. Himpunan kata demi kata, akan menjadi sebuah kalimat. Himpunan kalimat demi kalimat akan melahirkan alinea. Dan seterusnya sampai menghasilkan sebuah buku.(Sumarna: 2008)

IV. TEKNIK MENULIS dan NOTASI ILMIAH
A. Teknik Menulis Ilmiah
Sebuah tulisan dikatakan ilmiah apabila memenuhi unsur-unsur: adanya rujukan / sumber, menggunakan metode ilmiah, adanya sarana, dan memiliki alat ilmu.
Selain tulisan harus memenuhi unsur-unsur diatas juga menurut Sumarna: 2008, harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu:
1. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Tidak njlimet dan mudah dipahami orang.
3. Tujuan tulisan jelas.
4. Menggunakan kalimat Pasif.
5. Memiliki tipikal khusus.
6. Memiliki otonomi semantik yang terbebas dari: ikatan dengan pengarang, konteks tempat, hubungan semula antara teks dengan kelompok sasaran.
B. Notasi Ilmiah
Notasi ilmiah dapat di tinjau dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang sistem dan sudut pandang bentuk. Notasi ilmiah yang dilihat dari sudut pandang sistem maka harus memenuhi tiga kategori:
1. Harus teridentifikasi dari siapa penulis melakukan rujukan.
2. Media / alat komunikasi yang dijadikan oleh mereka yang pikirannya di sadur.
3. Harus jelas lembaga yang menerbitkan.
Sedangkan dari bentuknya notasi ilmiah dibedakan menjadi tiga:
1. Catatan kaki ( fote note), adalah sumber informasi yang ditulis dibawah tulisan dan akhir tulisan, dengan menggunakan angka arab yang diketik naik setengah spasi. Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor urut mulai dari angka 1 sampai habis dan diganti dengan nomor satu kembali pada bab yang baru. Atau bisa saja setiap catatan kaki diberi lambang baru yang bukan berupa angka. Lambang tersebut harus berbeda untuk tiap catatan kaki yang berada dalam halaman yang sama.
Contohnya: “di antara ahli pendidikan ada yang memandang bahwa kegagalan pendidikan di Indonesia terletak pada lemahnya mutu pencerdasan out put. Kegagalan ini terjadi karena lemahnya manajemen pendidikan, kekurangan infra struktur, rendahnya fasilitas pendidikan, rendahnya kualifikasi kompetensi tenaga kependidikan dan kecilnya insentif guru.”1
1 H.A.R. Tilaar. Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993.p.21.
2. Catatan dalam tulisan ( in note), adalah cara meletakkan sumber informasi dan pengetahuan dalam body tulisan.
Contoh
K. Bertens (1989; 14-15) menyebutkan ada tiga faktor yang menyebabkan cepatnya pertumbuhan dan perkembangan filsafat Yunani Kuna. Ketiga faktor dimaksud adalah......” (sumber tulisan primer).
K. Bertens menyebut ada tiga faktor yang menyebabkan cepatnya pertumbuhan dan perkembangan Filsafat di Yunani Kuna. Ketiga faktor dimaksud adalah........” (Cecep Sumarna, 2004: 56) (sumber tulisan penulis sekunder).
3. catatan diakhir tulisan ( end note), sumber informasi yang ditulis di bawah tulisan dan di akhir, dengan menggunakan penomoran angka arab yang diketik naik setengah spasi dan sumber informasi secara lengkapnya di letakan di halaman akhir buku atau makalah.
4. Daftar Pustaka, adalah himpunan sumber dan bahan bacaan yang secara keseluruhan digunakan dalam tulisan penulis.
Contoh
Abidin. Zainal. Filsafat Manusia: Memahami Manusia melalui Filsafat. Bandung: Rosdakarya, 2004.
Achmadi. Ideologi Pendidikan Islam. Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Adiwikarta. Sudardja. Sosiologi Pendidikan: Isyu dan Hipotesis tentang Hubungan Pendidikan dengan Masyarakat. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud, 1998.

V. PENUTUP
Dari penjelasan dan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan:
1. Bahasa berfungsi untuk: Pertama. Mengkomunikasikan apa yang dipikirkan seseorang kepada orang lain. Kedua. Bahasa dapat mengkomunikasikan obyek yang kongkret kepada sesuatu yang abstrak.
2. Bahasa diklasifikasikan menjadi dua yaitu: Bahasa alami dan bahasa buatan, bahasa alami terbagai menjadi bahasa isyarat dan bahasa biasa, bahasa isyaratpun terbagi menjadi bahasa isyarat biasa dan bahasa isyarat buatan. Sedangkan bahasa buata terbagi menjadi bahasa istilahi dan bahasa artifisial.
3. Bahasa ilmiah adalah bahasa yang di dasarkan pada: pemikiran, menuntut kemungkinan dialog/diskusi, bersifat pernyataan tidak langsung dan sekehendak hati.
4. Teknik menulis ilmiah adalah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, mudah dipahami orang, tujuannya jelas, menggunakan kalimat pasif, memiliki tipikal khusus, dan memiliki otonomi semantik yang bebas dari ikatan pengarang, konteks tempat dan hubungan semula antara teks dengan kelompok sasaran.
5. Bentuk notasi ilmiah adalah catatan kaki (fote note), catatan dalam kaki (in note) dan catatan diakhir tulisan (end note).